Wisuda.....

7:11 AM Edit This 2 Comments »
Akhirnya setelah penantian selama tiga tahun.. akhirnya gue di wisuda juga.. tapi ga ada deg-degan atau apa pas nunggu maju kedepan untuk dipindahkan kuncirnya oleh pak Rektor kita pak Dr.Ir.Herry Suhardiyanto, MSc dan diberikan ijazah oleh Direktur Diploma IPB, Prof Dr Ir Zairin Junior, M.Sc serta pengalungan medali kehormatan.. (halah-halah) oleh KPK Manajamen Informatika Diploma IPB, Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc.
Pagi-pagi, kosan gue dah rame oleh keriuhan nyokap manasin masakan buat orang-orang (kayak yang banyak aja) sarapan. Iput, Uti dan Mama nginep dan siap buat jadi make up artis gue. hehehhe
Pagi-pagi banget gue dah di make upin ma iput dengan produk-produk oriflame, halah (promosi).. tapi emang bener, sangat ga berasa di make upin karena sangat ringan dan tahan mpe malam. trussss...
kita jemput tami ke salon, dan liat dia di dandanin. heheheh
Dengan sukses baru juga bentar gue jalan dari parkiran ke dalam gedung, kaki gue dah pegel karena sepatu hak yang baru dibeli.. hahahha

setelah menunggu 30 menit sang rektor ngomong plus ceramah tentang pertanian dan harapan2nya tentang wisudawan ini, barulah dia melaksankan tugasnya. oya, satu yang harus gue informasiin, Diploma IPB pada tahun ini mewisuda ribuan mahasiswa IPB selama dua hari.

gue sangat appreciate banget pak Herry berdiri berjam-jam untuk menjabat tangani para wisudawan dan wisudawati. GILA... keren deh.. gue aja yg cuma duduk liatin sampe pegel.. kerjaan gue selain dengerin sambutan-sambutan, nyanyi, dan jalan ke depan buat ambil ijazah, cuma diri dan duduk aja. gitu aja pegelnya minta ampun..

oh ya, ada hal yang bikin gue seneng meski cuma sesaat.. sebelum gladi resik gue pikir gue duduk di pinggir dan sebelah gue cuma ada levy. eh, pas hari H ternyata.. heheh cuma gue, tami, ma Allah yg tahu.. kata Tami.. rezeki gak kemana..
yah, ini cuma seneng sesaat, tapi gak apa.. makasih ya DAYU... :)

nih, gue tampilin poto-potonya. just for you... heheheh ^_^b










Meriahkan HUT SMKN 1 ke 46

7:03 AM Edit This 0 Comments »

Lyla Duluan Digaet

Sejak pukul tujuh pagi, lapangan SMKN 1 di jalan Heulang No.6 Bogor sudah dipadati ribuan pelajar yang tampak sangat antusias memeriahkan ulang tahun mereka yang ke-46. “This Is Our Culture”, begitu tema acara yang mereka usung. Gita Jayanti, Ketua Panitia Gebyar SMKN 1 Bogor menjelaskan bahwa tema tersebut sengaja diambil untuk menunjukkan kekayaan budaya tradisional yang dimiliki para siswa. Karena itu, kemeriahan acara ini begitu bermakna saat mereka menghadirkan kreativitas siswa-siswi dalam pertunjukan tari tradisional, calung, dance, degung, teater, dan open house setiap kelas.
Penampilan Band Lyla menjadi puncak acara perhelatan sekolah kejuruan ini. SMKN 1 dikenal sering mengundang band lokal dan band ternama di setiap perhelatan yang dibuatnya. Ini karena mereka sadar dan mengerti posisinya sebagai “trend centre” anak muda. Tak jarang, setiap band yang dihadirkan SMKN 1 Bogor, pihak lain juga ikut menghadirkan band tersebut. Kali ini, sebelum tampil di tempat lain di Bogor, band Lyla lebih dulu tergaet oleh SMKN 1. “Alhamdulillah acaranya berjalan lancar. Kerja keras dari OSIS selaku panitia dan para guru untuk mengadakan setiap acara dan mendatangkan band sebesar Lyla terbukti sukses,” ujar Gita kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Meskipun hujan sempat mengguyur Kota Bogor, antusias para guru, panitia, dan para siswa-siswi tak terlihat surut semangatnya, apalagi saat grup band Lyla yang ditunggu-tunggu muncul ke atas panggung. Jerit histeris dan teriakkan penonton yang rata-rata berseragam batik itu membahana di seluruh sekolah.

Grup musik yang dibentuk 1 Juli 2006 ini membawakan beberapa lagu andalan seperti Mantan Kekasih dan Takkan Pernah Ada sejak pukul 15.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Tak ayal, Indra Perdana Sinaga (vokal), Fare Adinata (gitar), Dharma (keyboard), Dennis Rizky (bass) dan Amec Jen Aris (drum) menjadi pusat perhatian lebih dari dua jam itu. Sayang, penampilan Ame harus digantikan adiknya karena sang drummer tengah sakit karena keseleo.

Acara juga dimeriahkan dengan perlombaaan edukatif seperti seperti lomba kebersihan kelas, lomba bazaar makanan tradisional per rumpun atau lomba manga untuk siswa SMP se-Kota Bogor. “Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, termasuk Lurah Tanah Sareal dan Kepala Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Edi Suherman yang berkesempatan hadir”, tandasnya.

Temannya Emping Jengki

6:53 AM Edit This 0 Comments »

Sambungan ...
Dari dahulu hingga sekarang telah 45 tahun keluarga Ahmad, penjual soto kuning Kang Suit ini menjajakan makanan khas Bogor, soto kuning di daerah Empang, Bogor. Ia mengatakan bahwa dari dahulu tak ada yang berubah sejak diturunkan oleh Djarkasih, kakeknya hingga langseng tempat menanak nasinya pun memakai langseng dari zaman kakeknya.
“Mulai dari bumbu, cara memasak, dan teman makannya, yaitu emping jengki telah ada dan tak berubah sejak soto kuning ini dijual di pasar Alun-alun,” papar Ahmad kepada Jurnal Bogor belum lama ini. Mengenai emping jengki, yaitu emping yang dibuat dari buah yang baunya khas, jengkol, Ahmad mengatakan tak ada pengecualian. Setiap hari, emping ini akan selalu menemani para pecinta kuliner yang tak akan absen menanyakan emping tersebut meski emping melinjo juga disediakan olehnya.
“Kebetulan, emping jengkol ini atau terkenal dengan sebutan emping jengki dibuat oleh kakak saya yang juga turun temurun. Setiap hari harus selalu ada karena pelengkap yang pas dan tak tergantikan,” ujarnya bersemangat. Meski disediakan sebanyak 35 bungkus setiap harinya, pasti selalu kehabisan sebelum sotonya habis. Satu bungkus emping jengki ini dijual seharga Rp 3.000,-, sedangkan emping melinjo dijual seharga Rp 2.000,- dan jumlahnya lebih sedikit.
Biasanya, emping tersebut dihancurkan terlebih dahulu lalu dicampur dengan kecap manis cap Zebra. Ada yang suka memakannya langsung, tapi ada juga yang menceburkannya ke dalam kuah soto yang sedang mengepul itu.
“Meski baunya memang khas dan tak semua suka, tapi kalau sudah dalam bentuk emping, tak ada yang menolak. Pria wanita sama saja,” ujarnya sambil bergurau.
Semangkuk soto kuning dihargai sesuai potongan daging atau kikil yang dipilih. Semua bagian tubuh sapi itu dihargai Rp 5.000,-. Ahmad mengatakan sejak ia yang mengelola soto kuning di gang Sedane dekat SD Al Irsyad Al Islamiyah itu, ia tak lagi memakai jeroan, hanya daging, paru, kaki sapi, cingur, dan kikil sapi.
“Banyak komplain dari pelanggan kalau saya juga menjual jeroan. Saya tak mau ambil resiko karena banyak pelanggan saya adalah para manula. Sekarang pun yang muda sudah mengerti tentang kesehatan, jadi mereka ikut menolak kalau ada jeroan,” jelasnya.

TETAP PAKAI KAYU BAKAR
Tetap Pakai Kayu Bakar
Empang – Peduli akan kesehatan para pelanggannya adalah kunci kesuksesan Soto Kang Suit ini. Bagaimana tidak? Ia berani mendobrak tradisi pemakain jeroan pada soto yang telah diturunkan dari kakeknya Djarkasih sejak tahun 1964. Dulu soto ini dijual di pasar Alun-alun Empang sebelum akhirnya pindah ke gang Sedane.
“Dari zaman kakek saya seroan juga dipakai. Tapi sejak saya pegang, saya tak mau ambil resiko. Seluk beluk perjalanan soto ini saya tahu karena dari kecil saya juga bantu bapak jualan soto. Kebanyakan yang makan tidak suka kalau ada jeroan, bikin kolesterol naik katanya,” ujar Ahmad, generasi kedua penjual soto kuning di Empang. Selain itu, pelanggan Ahmad juga banyak yang berasal dari pelanggan ayahnya dan sekarang menjadi langganan tetapnya, sehingga banyak manula yang makan disana. Meski ada beberapa pelanggan yang komplain yaitu pecinta jeroan, mereka akhirnya toh peduli juga terhadap kesehatan mereka. Asalkan selain jeroan yang ditiadakan, tidak ada lagi yang dirubah.
Sebelum Ahmad, bapaknya Suita yang memegang kendali usaha keluarga ini. Setelah itu sepupunya yaitu Kang Usup, dan Kang Acang dan akhirnya sekarang di kelola Ahmad bersama kakak ipar dan sepupunya.
Apa lagi yang membuat soto ini menjadi pilihan menu sarapan keluarga yang datang dari berbagai daerah ini? Ahmad menjawab dengan tetap menjaga bumbu, proses memasak, cara menjual dan bahan pelengkap lainnya. Pelanggan pasti tidak akan lari kemana-mana.
“Salah satunya adalah penggunaan kayu bakar. Teknik ini dipakai memang karena dulu masih memasak secara tradisional, namun seiring berjalannya waktu penggunaan kayu bakar ini menjadi tradisi dan tak boleh diganti meski tak secepat pakai gas,” jelas Ayah dari Nisa ini.
Sekali memasak, Ahmad mengaku menggunakan enam kelapa tua untuk mendapatkan santan yang pas. Jika beberapa soto diketahui memakai susu di dalam kuah santannya, ia mengaku tidak ada susu di sotonya, gurih yang didapat berasal dari santan dan bumbu yang masih diracik oleh bapaknya, kang Suita. Makanya, soto ini masih terkenal dengan nama Soto Kang Suit meski dikelola oleh Kang Ahmad.
“Itu juga salah satu bumbu yang tak boleh dilanggar. Kami sekeluarga tidak pakai susu dalam kuahnya, mungkin itulah salah satu resep rahasianya selain memasak tetap pakai kayu bakar dan tidak ada jeroan,” katanya kepada Jurnal Bogor.

SEHARI RAUP JUTAAN RUPIAH
Anda tak akan menemukan jeroan di dalam semangkuk soto Kang Suit selama Kang Ahmad yang mengelolanya. Pasalnya, banyak yang mengeluh karena jeroan berakibat tidak baik bagi kesehatan pelanggannya. Anda hanya akan menemukan daging, kikil sapi, kaki sapi, cingur, urat, dan paru yang disediakan dengan bumbu kuning diatas daun pisang dan bebas dipilih oleh pelanggan. Setiap dagingnya dikenakan harga Rp 5.000,-.
Dari kesemua bagian sapi itu, yang paling menjadi favorit adalah kaki sapi. Jangan heran kalau Anda sedikit kesiangan saja pasti tak akan menemukan kaki sapi atau biasa disebut dengan tunjang.
“Kita buka dari pukul 07.00 WIB hingga habis. Kalau jam sembilan, pasti kaki sapinya diserbu duluan. Jadi kalau mau, ya datangnya pagi-pagi,” kata Ayah dari Nisa itu.
Ternyata, tak hanya legit, tapi juga menyehatkan. Beberapa pelanggan yang sedang sarapan disana mengatakan kaki sapi itu bisa sebagai obat dengkul dan diakui Ahmad kolesterolnya lebih rendah dibandingkan dengan bagian sapi yang lain.
“Untuk daging dan kikil, dari dulu kami bekerjasama dengan tukang daging sapi di pasar Ramayana. Kalau sekarang di pasar Bogor, kadang beli kesana tapi lebih banyak diantarkan kesini,” ujarnya.
Dalam sehari, ia menghabiskan 12 Kg daging dan kikil sapi di hari biasa. Kalau weekend bisa mencapai 16 Kg. Dalam satu kilogram kikil, ia mendapatkan 20 potong kikil atau bisa menjual hingga 240 potong Sehingga dalam sehari, penghasilannya sebesar Rp 1.200.000,-.
“Kalau pakai kikil sapi muda, 1 kilogram kikil bisa dapat 20 potong. Tapi sebaliknya kalau pakai kikil dari sapi tua jadi lebih sedikit. Jadi saya pakai kikil sapi muda aja,” tandasnya.
Sambal yang digunakan pun beda dari soto kuning yang lain. Ia menyebutnya sambal ngedadak karena pembuatannya yang serba dadakan. Cabai dimasukkan ke dalam plastik dan dengan benda seadanya ia menghaluskan cabai-cabai tebiut.
Sayang, beberapa kali ia diminta untuk memenuhi pesanan pengajian, pernikahan, hingga ulang tahun ia tolak. Pasalnya, menurut pengalaman, jumlah daging dan kikil yang harus ia sediakan bisa dua kali lipat dari jualan hari biasa.
“Sayangnya kami kekurangan orang karena yang masak adalah keluarga sendiri dan sudah pada tua. Jadi tenaganya tak sekuat saya yang tua, sehingga terpaksa saya tolak,” tandasnya.

Mengenal Lebih Jauh Soto Kang Suit (bagian 1)

8:13 AM Edit This 0 Comments »

Soto Setengah Abad

Soto Bogor memang biasa juga disebut dengan soto kuning. Soto khas kota hujan ini menjadi kegemaran keluarga Bogor dan mantap disajikan kapan saja. Entah itu di pagi hari, siang, sore hari, dan tak kalah lezat disantap di malam yang dingin.

Di berbagai tempat di daerah Bogor, menyebar para penjual soto kuning. Ada yang mengikuti jejak para pendahulunya, namun ada pula yang meneruskan kisah kelezatan dari generasi ke generasi. Salah satu penerus soto kuning kenamaan di daerah Empang adalah Ahmad. Tepat di mulut gang Sedane, jalan arah ke sekolah dasar Al Irsyad Al Islamiyah, kita akan menemukan sebuah kedai soto yang tak pernah sepi pengunjung.

Jangan cari soto kuning Kang Ahmad, panggilan akrabnya pada siang, sore atau malam hari. Pasalnya, soto kuning andalannya hanya akan anda temukan pada jam 07.00 hingga jam 10.00 WIB. “Kalau masih ada yang menemukan soto saya ketika jam 10.00 WIB, berarti dia beruntung karena kadang-kadang pukul 09.00 WIB saja sudah habis,” papar Ahmad kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Kalau Anda bertanya pada warga sekitar dimana letak pasti soto kuning Kang Ahmad, anda juga akan kesulitan menemukannya. Kelezatan soto kuning ini lebih dikenal dengan nama Soto Kuning Kang Suit. Nama bapak kandungnya, Suit.

Ternyata, soto kuning ini telah diwariskan kepada empat orang sebelumnya. Berawal dari Djarkasih yang berjualan soto kuning sejak tahun 1964 di pasar Alun-alun Empang yang tak lain tak bukan adalah kakek Ahmad, lalu dilanjutkan oleh anaknya yang dikenal dengan Kang Suit.

“Dari bapak, tidak langsung diturunkan kepada saya. Dari bapak, sepupu saya dulu yaitu Kang Suup, lalu Kang Acang. Barulah saya meneruskan pada tahun 1997 hingga sekarang,” ujarnya sambil tak berhenti memotong pesanan soto pelanggannya.

Jika di total, selama 45 tahun keluarga Ahmad telah menekuni usaha soto kuning dan semenjak itu tak pernah kehabisan pelanggan. Itu berarti, soto ini hampir setengah abad menemani keluarga keturunan Arab yang memang mendominasi etnis bangsa di daerah Empang.

“Sebenarnya tidak hanya keturunan Arab saja, karena banyak warga Cibinong hingga Ciawi atau malah Jakarta yang mampir pagi-pagi disini bersama keluarga besarnya hanya untuk sarapan soto saya,” tandasnya. Bersambung…

Kenangan Terakhir “The King of Pop”

6:34 AM Edit This 0 Comments »

Riview Movie

Tak ada yang menyangka, seorang legenda musik ternama, Michael Jackson akan dipanggil Sang Pencipta 25 Juni 2009 lalu. Ditengah kerja kerasnya bersama tim konser akbar “This Is It” yang rencananya akan digulirkan di 50 negara, ia justeru meninggalkan semua fans yang menunggu-nunggu kehadirannya beraksi lagi pada konsernya yang selalu Sold Out jauh dari hari H, untuk selamanya.

Dalam kepergiannya, segala tindak tanduk MJ selalu menjadi sorotan yang paling menarik mengingat tak akan ada lagi yang sama sepertinya. Persiapan menggelar konser akbar yang ia katakan sebagai konser terakhirnya pada sebuah press release pun menjadi kado terakhir sekaligus terindah untuk semua yang menyayanginya.

Sebuah film dokumenter berjudul sama, “This Is It” yang diputar sejak 28 Oktober 2009 hingga dua minggu kedepan mendapat antusias yang begitu besar dari dalam dan luar negeri. Di Kota Bogor, bioskop yang memutar film ini adalah 21 Ekalokasari Plaza dan XXI Botani Square pun mendapat antusias serupa.
Film ini sekaligus potret terakhir kehidupan The King of Pop. Anda akan menyaksikan bagaimana MJ bekerja keras mempersiapkan konser terakhirnya. Mulai dari audisi penari, latihan tari, penataan panggung, pencahayaan, nada lagu, syair, koreografer, hingga detail terkecil dalam konsernya tersebut tak luput dari sentuhan sang maestro.

Di film yang berdurasi 112 menit itu juga mengungkapkan testimony dari orang-orang yang bekerja sama dalam konser tersebut. Mereka mengungkapkan kekaguman dan perasaan mereka karena bisa satu panggung dan menjalani kehidupan kreatif bersama MJ. Sifat dasar MJ yang rendah hati dan mencintai semua makhluk hidup terus menerus ia ingatkan pada kru-krunya untuk selalu dijaga terutama menjaga bumi dari kehancuran yang disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri.

Menyaksikan film dokumenter ini seperti menyaksikan langsung seperti apa konsernya kelak akan berlangsung, sebab di setiap latihan, Michael selalu all out dalam menampilkan bakatnya. Lagu-lagu yang dibawakan dalam konser tersebut di antaranya, 'Beat It', 'Black or White', 'Thriller', 'I'll Be There', dan 'Man in the Mirror'.

Kenny Ortega, sang sutradara mengungkapkan tidak ada film seperti ini di dunia. Bahkan ia menyebut film garapannya itu sebagai sebuah mozaik musikal. “Ini adalah puncak karir dalam kehidupan kreativitas saya,” ucapnya menutup latihan pada suatu hari.

Film yang hanya dirilis selama dua minggu ini akan menjadi suatu sejarah di dunia film maupun musik masa depan. Meski bukan penggemar MJ, film ini layak ditonton untuk mengisi akhir minggu bersama keluarga tercinta atau orang yang Anda sayangi untuk mengenang The King of Pop.

Jujur, kita akan melihat sosok MJ yang sebelumnya tak terlihat di layar TV seperti bioasanya (menhindar dari paparazi) di film ini. Film yang akan membuat kita merasa kehilangan akan sosok orang yang lembut, percaya diri, penuh talenta, dan taka akan tergantikan.
Sayang, orang baik seperti dia kenapa mesti cepat meninggalkan kita...
ada tangan Tuhan yang mengatur segalanya..
God Bless You , I Love You All...

(kata-kata yang selalu diucapkan MJ kepada para sahabatnya)